Belia atau akronim dari Becak Listrik Android terpadu dengan web milik Dinas Perhubungan Tempat Istimewa Yogyakarta untuk melengkapi destinasi tamasya.
Becak yang satu ini diklaim ramah lingkungan dan mempunyai teknologi hibrida.
Hadir sebagai becak tamasya, karenanya wujud dan bahan dihasilkan sama dengan becak khas Yogyakarta, antara lain masih memakai kayu untuk komponen daerah duduk penumpang dan kotak penyimpan aki.
Menggabungkan energi baterai kering dan energi manusia sebagai pemrakarsa, Belia dioperasikan oleh dinamo listrik yang memutar roda belakang. Akibatnya, becak tak bersuara dan tak mendonasi emisi untuk polusi udara.
“Bantuan pemrakarsa energi mesin ramah lingkungan dapat menjadi solusi. Becak konsisten dapat dikayuh, wujud dan ukuran telah standar pantas regulasi tempat nomor 5 tahun 2016,” kata Rudi Winarso, inisiator Belia.
Mesin pemrakarsa pada becak ini ialah dinamo listrik variasi Brushless Direct Current (BLDC). Kapasitas 350 watt atau lebih, di dukung baterai 48 Volt/20Ah.
Sekiranya becak ini tak dikayuh sama sekali, kecakapan jarak tempuh dapat sejauh 40 kilometer untuk sekali isi energi.
Lalu, jarak tempuh becak malah akan lebih jauh ketika dikayuh.
Metode penggunaan simpel, cukup menarik tuas gas, becak dapat maju dan mundur.
Pada becak terdapat dua tombol. Tombol warna hijau menggerakan becak melaju ke depan. Tombol merah untuk membikin laju becak mundur ke belakang.
Mesin becak tak menebarkan asap dan mengeluarkan bunyi sebab mesin memakai baterai kering.
Posisi mesin ada di tromol roda belakang sehingga pengemudi becak masih dapat mengayuh sekiranya mesin tak aktif.
Pada komponen depan, penumpang becak dapat mengakses berita pariwisata melewati gawai yang terintegrasi dengan aplikasi bernama Android Jogja Istimewa.
Ada alternatif dua bahasa merupakan Inggris dan Bahasa Indonesia, serta basis pemetaan lokasi dengan tambahan kelengkapan tata bunyi sebagai hiburan untuk mendengar musik.
Becak mempunyai lampu penerang di kiri dan kanan. Kemudian, juga dilengkapi dengan lampu sein sebagaimana kendaraan bermotor lain.
Uji coba purwarupa dari Belia secara sah berhasil terlaksana.
Berdasarkan Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Tempat Istimewa Yogyakarta (DIY), Harry Agus Triono, absensi becak ini mempunyai aspek kemanusiaan.
“Ada yang memberi tahu bahwa ada (pengemudi becak) yang telah sepuh (tua) dan hingga pingsan gara-gara mengemudi becak. Ini kesannya kita memperkenankan,” kata Agus.
Jadi, dengan adanya temuan pemrakarsa energi baterai, berdasarkan ia, lebih meringankan kerja para pengemudi becak.
“Jika kami sesungguhnya ingin seandainya becak kayu ya seperti ini. Perkara ada tambahan sedikit energi pilihan itu cuma temuan perkembangan teknologi untuk menolong meringankan mereka,” jelasnya pada Kami.
Agus mengatakan hasil uji coba masih akan disajikan terhadap Kementerian Perhubungan untuk diteliti dan melewati uji kepantasan sebelum dapat diproduksi sebagai sarana transportasi lazim.
Ketidakhadiran Belia dianggap tak melanggar Perda DIY Nomor 5 Tahun 2016 seputar Moda Transportasi Becak dan Delman serta Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 seputar Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pada bulan April 2018, oleh pembuatnya Belia sudah mengerjakan percobaan permulaan, bertempat di stadion Mandala Krida, Yogyakarta.
Kala itu, becak unjuk kebolehan dan tercatat bisa melaju dengan kecepatan 40 kilometer/jam tanpa penumpang. Lalu, sejauh 25 kilometer/jam dengan penumpang, dengan lama pengisian baterai selama empat jam.
Berdasarkan Rudi, sambil menunggu izin dan hak paten untuk diproduksi secara massal, pihaknya sedang mempersiapkan daerah produksi yang pantas.
Satu becak Belia dihargai sebesar Rp17 juta. Sementara itu, Bregada atau Becak Kekuatan Opsi Kayuh dari Dinas Perhubungan DIY seharga Rp20 juta per unit.
Sebelumnya, di Yogyakarta juga sudah hadir becak listrik energi surya yang memakai panel energi surya di komponen atap dan disalurkan ke dalam motor listrik berkekuatan 350 Watt untuk menggerakkan becak.
Baca Juga: las listrik
Becak bisa berjalan dengan kecepatan optimal 30 kilometer/jam dan mencapai jarak sekitar 40 kilometer ketika malam hari.
Ketidakhadiran becak bertenaga listrik energi surya ini diakui lebih diminati oleh pelancong asing.
Berdasarkan Sujatno, salah satu pengemudi becak hal yang demikian, pelancong lebih bersuka ria memakai becak ini sebab lebih pesat, ramah lingkungan, dan tak memunculkan polusi seperti becak motor.